Jumat, 03 Mei 2013

Jihan




Saya menulis blog ini stelah melakukan aktivitas pagi bersih-bersih rumah dengan fenomena harian si  mbah ngomel-ngomel sama ponakan saya yang namanya Jihan yang emang super pintar (Bandel sih kalo menurut saya). Dari dia dibangunin samapai mau berangkat sekolah ada saja hal yang bikin si mbah naiek darah. Kalau bicara soal kenakalan eh kepinterannya (ubah cara berfikir ke positif)) ga aka nada habisnya, bisa sampai lebaran ayam ali yaaa,,
Kalau saya mengamati sejak dulu sebenarnya jihan itu punya potensi yang bagus dikemudian. Meskipun dia bisa dibilang nakal n susah di atur, tapi dia yaa lumayan pinter sih. Kreatif juga, trus yang paling menonjol kemampuannya untuk Qira’ah yang saya akui memang bagus untuk anak seusia dia. Suaranya bagus  dan cara bacanya pun teratur. Hal yang membuat saya berfikir selama ini adalah dia nampaknya mengalami ketidakteraturan emosional. Yaa,,emosinya yang sangat labil. Memang seusia dia wajar kalu emosinya masih labil. Tapi kelabilannya saya rasa berbeda. Sebagai seorang anak yang dulu pernah hidup dalam senuah keluarga yang bermasalah saya selalu mencoba memahami persaanya. Tapi yaaa namany mungki saya masih terbawajiwa muda kali yaaa,,,masih belum muncul jiwa-jiwa keibuan yang sepenuhnya kdang saya yaaaa jengkel setengah hidup sama anak ini. Tapi saya segera berfikir kembali anak ini memang benar-benar sedang membutuhkan dorongan motivasi dan perhatian yang extra. Hidupnya sangat haus akan perhatian terutama dari orang tuanya. Saya bisa merasakan hal itu meilhat dari sikap kesehariannya. J
Jika dibandingkan dengan kehidupan masa anak-anak saya dulu nampaknya saya rasa saya jauh lebih beruntung dari dia. Kenapa???? Karena meskipun saya hidup dalam kelurga yang penuh dengan masalah tapi masih ada ibu saya, disamping saya, memberikan kasih saying, pendidikan karakter yang membentuk saya sekarang ini dan nasehat-nasehat yang tidak akan pernah saya lupakan. Sementara jihan, jika saya berada di posisinya mungkin saya akan bersikap sama. Jiwa saya berontak kenapa saya tidak mendapatkan hal sama dari keduaorang tua saya layaknya teman-teman. Singkat cerita ibunya si jihan ini harus pergi ke luar negeri untuk melunasi hutang-hutangnya, sementara bapaknya yang sebagai sopir pengadilan jarang ada di rumah. Jikapun bapanya di rumah bapaknya terkesan hanya peduli dengan adiknya yang sekarang membutuhkan perhatian extra dalam perkembangannya karena tunarungu. Belum lagi banyaknya orang, depkoleptor, rentenir yang kesini untuk menagih hutang ibunya yang tidak pernah di duga saudara-saudaranya. Apalagi hutang-hutang itu menggunakan jaminan milik saudaranya dengan kebohongan besar. Hal ini otomatis menjadikan sebuah kemarahan diantara saudara-saudara ibu dan bapaknya yang imbasnya juga ke jihan yang serasa diasingkan karena hal itu.
Akibatnya jihan tumbuh menjadi anak yang tidak terarh dan susah diatur karena tidak ada orangtua yang paling diharapkan keberadaannya. Dia tummbuh menjadi anak pemarah dan emosional. Dirinyapun Nampak tak terurus. Sebenarnya saya sangat prihatin dengan kehidupannya. Tapi setiap kali saya ingin mendekatinya, memperdulikannya sikap dia yang sangat menyebalkan, acuh tak acuh dengan omongan saya membuat saya kini  mundur secara teratur tidak mempedulikan dia lagi. Bukan tidak peduli tapi saya membiarkan dia tumbuh sesuka hatinya saja. Biar si mbah yang mengarahkan dia. Karena setiap omongan saya dan bulek-bulek yang lain tak pernah dia gubris.
Saya berdoa semoga saja seiring bertambah usianya dia akan tumuh menjadi anak yang baik, tertata hidup dan emosionalnya. Bukan menjadi pribadi yang angkuh seperti sekarang ini. Karena bisa jadi keluarga lain akan semakin membencinya. Belum kelar masalah orang tuanya ditambah sikap dia yang seperti itu,,nggak tau dehh,,,saya ikuti alurnya saja
Nasehat yang dapat saya ambil disini adalah peran orang tua sangatlah penting dalam kembang diri seorang anak. Terutama peran seorang ibu yang sesuai dengan nalurinya untuk memberikan kasih dan sayang yang tak tebatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar