Saya menulis blog ini stelah melakukan aktivitas pagi
bersih-bersih rumah dengan fenomena harian si
mbah ngomel-ngomel sama ponakan saya yang namanya Jihan yang emang super
pintar (Bandel sih kalo menurut saya). Dari dia dibangunin samapai mau
berangkat sekolah ada saja hal yang bikin si mbah naiek darah. Kalau bicara
soal kenakalan eh kepinterannya (ubah cara berfikir ke positif)) ga aka nada habisnya,
bisa sampai lebaran ayam ali yaaa,,
Kalau saya mengamati sejak dulu sebenarnya jihan itu punya
potensi yang bagus dikemudian. Meskipun dia bisa dibilang nakal n susah di
atur, tapi dia yaa lumayan pinter sih. Kreatif juga, trus yang paling menonjol
kemampuannya untuk Qira’ah yang saya akui memang bagus untuk anak seusia dia. Suaranya
bagus dan cara bacanya pun teratur. Hal yang
membuat saya berfikir selama ini adalah dia nampaknya mengalami
ketidakteraturan emosional. Yaa,,emosinya yang sangat labil. Memang seusia dia
wajar kalu emosinya masih labil. Tapi kelabilannya saya rasa berbeda. Sebagai seorang
anak yang dulu pernah hidup dalam senuah keluarga yang bermasalah saya selalu
mencoba memahami persaanya. Tapi yaaa namany mungki saya masih terbawajiwa muda
kali yaaa,,,masih belum muncul jiwa-jiwa keibuan yang sepenuhnya kdang saya
yaaaa jengkel setengah hidup sama anak ini. Tapi saya segera berfikir kembali
anak ini memang benar-benar sedang membutuhkan dorongan motivasi dan perhatian
yang extra. Hidupnya sangat haus akan perhatian terutama dari orang tuanya. Saya
bisa merasakan hal itu meilhat dari sikap kesehariannya. J
Jika dibandingkan dengan kehidupan masa anak-anak saya dulu
nampaknya saya rasa saya jauh lebih beruntung dari dia. Kenapa???? Karena meskipun
saya hidup dalam kelurga yang penuh dengan masalah tapi masih ada ibu saya,
disamping saya, memberikan kasih saying, pendidikan karakter yang membentuk
saya sekarang ini dan nasehat-nasehat yang tidak akan pernah saya lupakan. Sementara
jihan, jika saya berada di posisinya mungkin saya akan bersikap sama. Jiwa saya
berontak kenapa saya tidak mendapatkan hal sama dari keduaorang tua saya
layaknya teman-teman. Singkat cerita ibunya si jihan ini harus pergi ke luar
negeri untuk melunasi hutang-hutangnya, sementara bapaknya yang sebagai sopir
pengadilan jarang ada di rumah. Jikapun bapanya di rumah bapaknya terkesan
hanya peduli dengan adiknya yang sekarang membutuhkan perhatian extra dalam
perkembangannya karena tunarungu. Belum lagi banyaknya orang, depkoleptor,
rentenir yang kesini untuk menagih hutang ibunya yang tidak pernah di duga
saudara-saudaranya. Apalagi hutang-hutang itu menggunakan jaminan milik
saudaranya dengan kebohongan besar. Hal ini otomatis menjadikan sebuah
kemarahan diantara saudara-saudara ibu dan bapaknya yang imbasnya juga ke jihan
yang serasa diasingkan karena hal itu.
Akibatnya jihan tumbuh menjadi anak yang tidak terarh dan
susah diatur karena tidak ada orangtua yang paling diharapkan keberadaannya. Dia
tummbuh menjadi anak pemarah dan emosional. Dirinyapun Nampak tak terurus. Sebenarnya
saya sangat prihatin dengan kehidupannya. Tapi setiap kali saya ingin
mendekatinya, memperdulikannya sikap dia yang sangat menyebalkan, acuh tak acuh
dengan omongan saya membuat saya kini
mundur secara teratur tidak mempedulikan dia lagi. Bukan tidak peduli
tapi saya membiarkan dia tumbuh sesuka hatinya saja. Biar si mbah yang
mengarahkan dia. Karena setiap omongan saya dan bulek-bulek yang lain tak
pernah dia gubris.
Saya berdoa semoga saja seiring bertambah usianya dia akan
tumuh menjadi anak yang baik, tertata hidup dan emosionalnya. Bukan menjadi
pribadi yang angkuh seperti sekarang ini. Karena bisa jadi keluarga lain akan
semakin membencinya. Belum kelar masalah orang tuanya ditambah sikap dia yang
seperti itu,,nggak tau dehh,,,saya ikuti alurnya saja
Nasehat yang dapat saya ambil disini adalah peran orang tua
sangatlah penting dalam kembang diri seorang anak. Terutama peran seorang ibu
yang sesuai dengan nalurinya untuk memberikan kasih dan sayang yang tak
tebatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar