Sabtu, 23 Juni 2012

Pembelajaran Dick dan Carey

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepas denagn proses pengajaran. Sementara prosese pengajaran merupakan suatu proses sistematis, yang setiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. Sebagai suatu sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya (Munadir,1987)
Menurut Mudoffir (1990), sistam dapat diartikan sebagai suatu kesatuan unsur-unsur yang saling dan berinteraksi secar fungsional yang memroses masukan menjadi keluaran. Lebih jauh Atmo Suparman (1991) memberikan makna terhadap sistem yang berarti benda, peristiwa, kejadian, atau cara mengorganisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian pula halnya dengan sistem pengajaran pada mata pelajaran tertentu, dimana tujuan sistem ini adalah untuk menimbulkan belajar (learning) yang komponen-komponen belajarnya, yakni anak didik(siswa), pendidik, instruktur, guru, materi pengajaran, dan lingkungan pengajaran.
Agar proses pengajaran mata pelajaran tertentu dapat terlaksana dengan baik, salah satu yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan perbaikan ini, para guru paling tidak dapat menorganisir pengajaran dengan jalan menggunakan teori-teori belajar serta desain pengajaran yang dapat menimbulkan minat dan memotivasi anak didik. Oleh karena itu disini akan dibahas beberapa desain pengajaran yaitu desain pengajaran menurut Dick & Carey dan desain pengajaran menurut David


1.2          Rumusan Masalah
Bagaimana desain pembelajaran menurut Dick & Carey dan desain menurut David

1.3          Tujuan
Mampu mendeskripsikan desain pembelajaran menurut Dick & Carey dan desain
menurut David

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Dick & Carey
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick dan Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey. Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model Kemp,tetapi ditambah komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat tahap yang akan dilewati pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.

Berikut gambar model pengembangan oleh Dick dan Carrey.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-FR8aoNsqxe9LS1PoCvC_5l0E3bIsUrQcpzWsVl0dNwNN9mWtC4ZRVOfyDu-K3j2iU3LPbQ2uWQ634NNH-To41f8wKfxKBCt8APcJ8rmlRVq0pKsVTej6mEpQewR9eb5QiNjC6kKogUM/s1600/Dick-carrey.jpg


Dari model di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 
  1.  Identifikasi tujuan, tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar mahasiswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. 
  2.  Melakukan analisis instruksional, yakni menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. 
  3. Mengidentifikasi tingkah laku awal dan karakteristik mahasiswa, ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan keterampilan awal yang telah dimiliki mahasiswa. 
  4. Merumuskan tujuan kinerja. Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal mahasiswa kemudian dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan mahasiswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
  5. Pengembangan tes acuan patokan. Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan. 
  6. Pengembangan strategi pengajaran. Informasi dari lima tahap sebelumnya, dilakukan pengembangan strategi pengajaran untuk mencapai tujuan akhir
  7. Pengembangan atau memilih pengajaran. Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran, seperti petunjuk pembelajaran untuk mahasiswa, materi, tes dan panduan dosen 
  8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasi data tersebut
  9. Menulis perangkat. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas 
  10. Revisi pengajaran. Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dianalisis serta diinterpretasikan.
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran.
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan) rencana desain pembelajaran.
Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri (Nasution, 1995; Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda, Russel, & Smadino, 2002). Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai situational approach oleh Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa (sebagaimana dinyatkan oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi komunikatif.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar 2.2. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan.
Model pembelajaran Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak teputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
Langkah-langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a.      Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang inginkan setelah warga belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual. Dick and Carey menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Komponen-komponen tujuan menurut Degeng (1989), Uno (1993) adalah audience, behavioral, conditions, dan degree atau yang lebih mudah dikenal dengan sebutan ABCD.

b.      Melaksanakan analisis pembelajaran
Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran. Dengan cara analisis pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills).Menganalisis subordinate skills sangat diperlukan, karena apabila keterampilan bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan, maka banyak anak didik tidak akan memiliki latar belakang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi tidak efektif. Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills adalah dengan caramemilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran.

c.       Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana merekabelajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran.Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau seting pembelajaran dan seting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini dapat berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.

d.      Merumuskan tujuan performansi
Menurut Dick dan Carey (1985), tujuan performansi terdiri atas;
1.      Tujuan harus menguraikan apa yang akan dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik.
2.      Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat,
3.      Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Gagne, Briggs, dan Mager; fungsi performansi objektif adalah;
1.      Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan,
2.      Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai,
3.      Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian, Membantu anak didik dalam usaha belajarnya.

e.       Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan warga belajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan prilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan penilaian.Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilan patokan yang dideskripsikan dalam sautu perangkap tujuan khusus. Manfaat hasil tes acuan patokan:  
  1. Mendiagnosis dan menempatkannya dalam kurikulum, 
  2. Mengecek hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian, sehingga dapat diberikan    pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan
  3. Menjadi dokumen kemajuan belajar.
Ada empat macam tes acuan patokan menurut Dick and Carey (1985), yaitu:
  1. Test entry behaviour, untuk mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran, 
  2. Pretes, berguna bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauhmana pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan yang berada di atas batas, yakni keterampilan prasyarat. 
  3. Tes sisipan, menguji setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan dan menguji kemajuan anak didik,
  4.  Postest, mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar

f.       Mengembangkan strategi pembelajaran
1.      Strategi pembelajaran meliputi: kegiatan prapembelajaran (pre-activity),penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya.
2.      Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang akan menerima pembelajaran. Prinsipprinsip inilah yang akan digunakan untuk memilih materi atau mengembangkan strategi pembelajaran yang interaktif.

g.      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
1.      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal.
2.      Materi pembelajaran meliputi: petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh.
3.      Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.

Tiga pola untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran:
1.      Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali pratest dan pasca test.
2.      Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran,
3.      Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah disusunnya.

h.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formativ yang akan dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang akan diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation).


i.        Merevisi bahan pembelajaran
Data yang diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.Dick and Carey (1985), terdapat dua revisi yang perlu dipertimbangkan,yaitu;
1.      Revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar.
2.      Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
3.    Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.
j.        Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumatif ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.

Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan

B.     Perencanaan Pembelajaran Model Davis
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang mencakup usaha untuk :
1.      Menganilisis tugas.
2.      Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3.      Menulis tujuan belajar.
Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid.
Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan beberapa metode, yaitu :
1.              Metode Ceramah.
2.              Metode Demontrasi.
3.              Metode Diskusi.
4.              Metode Tanya-Jawab.
5.              Metode Driil atau Latihan Siap.
6.              Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Balajar.



BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan

Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Langkah-langkah pembelajarn Dick & Carey adalah sebagai berikut
a.       Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b.      Melaksanakan analisis pembelajaran
c.       Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d.      Merumuskan tujuan performansi
e.       Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
f.        Mengembangkan strategi pembelajaran
g.       Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.         Merevisi bahan pembelajaran
j.         Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Sementara Davis mengartikan pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar. Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid. Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan beberapa metode, yaitu :
1.      Metode Ceramah.
2.      Metode Demontrasi.
3.      Metode Diskusi.
4.      Metode Tanya-Jawab.
5.      Metode Driil atau Latihan Siap.
6.      Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Balajar.


naaahhhhh,,,ini temen-temen,,,sekilas tentang pembelajaran model Dick n Carey dan pembelajaran modelnya Davis semoga bermanfaat nggeeeeehhhhh,,,, :)
















 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar