BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas
kegiatannya tidak dapat dilepas denagn proses pengajaran. Sementara prosese
pengajaran merupakan suatu proses sistematis, yang setiap komponennya sangat
menentukan keberhasilan belajar anak didik. Sebagai suatu sistem, proses
belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapainya (Munadir,1987)
Menurut Mudoffir (1990), sistam dapat diartikan
sebagai suatu kesatuan unsur-unsur yang saling dan berinteraksi secar
fungsional yang memroses masukan menjadi keluaran. Lebih jauh Atmo Suparman (1991)
memberikan makna terhadap sistem yang berarti benda, peristiwa, kejadian, atau
cara mengorganisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil dan
seluruh bagian secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu.
Demikian pula halnya dengan sistem pengajaran pada mata pelajaran tertentu,
dimana tujuan sistem ini adalah untuk menimbulkan belajar (learning) yang
komponen-komponen belajarnya, yakni anak didik(siswa), pendidik, instruktur,
guru, materi pengajaran, dan lingkungan pengajaran.
Agar proses
pengajaran mata pelajaran tertentu dapat terlaksana dengan baik, salah satu
yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan
perbaikan ini, para guru paling tidak dapat menorganisir pengajaran dengan
jalan menggunakan teori-teori belajar serta desain pengajaran yang dapat
menimbulkan minat dan memotivasi anak didik. Oleh karena itu disini akan
dibahas beberapa desain pengajaran yaitu desain pengajaran menurut Dick &
Carey dan desain pengajaran menurut David
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana desain pembelajaran menurut
Dick & Carey dan desain menurut David
1.3
Tujuan
Mampu mendeskripsikan desain
pembelajaran menurut Dick & Carey dan desain
menurut David
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Dick &
Carey
Perancangan
pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick dan Cerey, yang dikembangkan
oleh Walter Dick dan Lou Carey. Model pengembangan ini ada kemiripan dengan
model Kemp,tetapi ditambah
komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat tahap yang akan dilewati
pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
Dari model di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
- Identifikasi tujuan, tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar mahasiswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran.
- Melakukan analisis instruksional, yakni menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari.
- Mengidentifikasi tingkah laku awal dan karakteristik mahasiswa, ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan keterampilan awal yang telah dimiliki mahasiswa.
- Merumuskan tujuan kinerja. Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal mahasiswa kemudian dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan mahasiswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
- Pengembangan tes acuan patokan. Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan.
- Pengembangan strategi pengajaran. Informasi dari lima tahap sebelumnya, dilakukan pengembangan strategi pengajaran untuk mencapai tujuan akhir
- Pengembangan atau memilih pengajaran. Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran, seperti petunjuk pembelajaran untuk mahasiswa, materi, tes dan panduan dosen
- Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasi data tersebut
- Menulis perangkat. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas
- Revisi pengajaran. Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dianalisis serta diinterpretasikan.
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah
sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada
kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model
pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa
pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan
pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah
desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional
design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan
analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional
desain inilah payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar,
materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal
meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar),
materi, dan lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua
berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka
perlu mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari
hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen
tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of
Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali
pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi
behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara
eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh
Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2) types of
learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions.
Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain
pembelajaran.
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, &
Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain
pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan
desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan
pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu perencanaan,
pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan komponen dasar
sistem meliputi learners, objectives, methods, dan evaluation
yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan) rencana desain pembelajaran.
Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran
adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan
mengidentifikasi masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey,
dan Carey menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan
berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam
model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri (Nasution,
1995; Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda, Russel, & Smadino,
2002). Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi
karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan.
Dengan bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan
konteks dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai situational
approach oleh Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa
(sebagaimana dinyatkan oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi
komunikatif.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model
pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD)
Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat
dicermati sebagaimana dalam gambar 2.2. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan
dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan
9 tahapan.
Model
pembelajaran Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat
jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai
dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model
Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak teputus antara
langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat
pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu
urutan ke urutan berikutnya.
Langkah-langkah
Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a.
Mengidentifikasikan
tujuan umum pembelajaran.
Analisis
kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang
dilakukan untuk menentukan apa yang inginkan setelah warga belajar melaksanakan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan
pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan
warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh
orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk
pembelajaran yang aktual. Dick and Carey menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Komponen-komponen tujuan menurut Degeng
(1989), Uno (1993) adalah audience, behavioral, conditions, dan degree atau
yang lebih mudah dikenal dengan sebutan ABCD.
b.
Melaksanakan
analisis
pembelajaran
Setelah
mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah
menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan
pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang
disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh
warga belajar untuk memulai pembelajaran. Dengan cara analisis pembelajaran ini
akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate
skills).Menganalisis subordinate skills sangat diperlukan, karena apabila keterampilan
bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan, maka banyak anak didik tidak
akan memiliki latar belakang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
pembelajaran menjadi tidak efektif. Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi
subordinate skills adalah dengan caramemilih keterampilan bawahan yang
berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran.
c.
Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
Analisis
pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana merekabelajar, dan konteks
apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran.Keterampilan-keterampilan
warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan
berdasarkan karakteristik atau seting pembelajaran dan seting lingkungan tempat
keterampilan diterapkan. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini dapat
berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau
kemampuan awal.
d.
Merumuskan
tujuan performansi
Menurut
Dick dan Carey (1985), tujuan performansi terdiri atas;
1.
Tujuan harus
menguraikan apa yang akan dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik.
2.
Menyebutkan tujuan,
memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada
waktu anak didik berbuat,
3.
Menyebutkan kriteria
yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada
tujuan.
Gagne,
Briggs, dan Mager; fungsi performansi objektif adalah;
1.
Menyediakan suatu
sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan,
2.
Menyediakan suatu
sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai,
3.
Memberikan arah dalam
mengembangkan pengukuran atau penilaian, Membantu anak didik dalam usaha
belajarnya.
e.
Mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan
Berdasarkan
tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur
kemampuan warga belajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada
pada hubungan prilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa
melakukan penilaian.Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara
langsung mengukur istilan patokan yang dideskripsikan dalam sautu perangkap tujuan
khusus. Manfaat hasil tes acuan patokan:
- Mendiagnosis dan menempatkannya dalam kurikulum,
- Mengecek hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian, sehingga dapat diberikan pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan
- Menjadi dokumen kemajuan belajar.
Ada
empat macam tes acuan patokan menurut Dick and Carey (1985), yaitu:
- Test entry behaviour, untuk mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran,
- Pretes, berguna bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauhmana pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan yang berada di atas batas, yakni keterampilan prasyarat.
- Tes sisipan, menguji setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan dan menguji kemajuan anak didik,
- Postest, mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar
f.
Mengembangkan
strategi pembelajaran
1.
Strategi pembelajaran
meliputi: kegiatan prapembelajaran (pre-activity),penyajian informasi, praktek
dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti
kegiatan selanjutnya.
2.
Strategi pembelajaran
berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang
akan digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang akan
menerima pembelajaran. Prinsipprinsip inilah yang akan digunakan untuk memilih
materi atau mengembangkan strategi pembelajaran yang interaktif.
g. Mengembangkan dan
memilih materi pembelajaran
1.
Mengembangkan dan
memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk
warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal.
2.
Materi pembelajaran
meliputi: petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP,
videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh.
3.
Pengembangan materi
pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan
sumber belajar yang ada disekitar perancang.
Tiga
pola untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran:
1.
Pengajar merancang
bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam
bahan, kecuali pratest dan pasca test.
2.
Pengajar memilih dan
mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran,
3.
Pengajar tidak memakai
bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran
yang telah disusunnya.
h.
Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
Dalam
merancang dan mengembangkan evaluasi formativ yang akan dihasilkan adalah
instrumen atau angket penilaian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
Data-data yang akan diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi
pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi
formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan
uji lapangan (field evaluation).
i.
Merevisi
bahan pembelajaran
Data
yang diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk
memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan. Bukan
hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi
pembelajaran agar lebih efektif.Dick and Carey (1985), terdapat dua revisi yang
perlu dipertimbangkan,yaitu;
1.
Revisi terhadap isi
atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar.
2.
Revisi terhadap
cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
3. Pengembangan materi pembelajaran
tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar
yang ada disekitar perancang.
j.
Mendesain
dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Di
antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10 (sepuluh)
tidak dijalankan. Evaluasi sumatif ini berada diluar sistem pembelajaran model
Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.
Langkah
awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana
tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan.
Penggunaan
model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar
(1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan
mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,
(2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah-langkah yang perlu
dilakukan
B. Perencanaan Pembelajaran Model Davis
Yang
dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam
kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran
yang mencakup usaha untuk :
1.
Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3.
Menulis tujuan belajar.
Menurut
Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas,
tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta
umur murid.
Guru
sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada
murid dengan beberapa metode, yaitu :
1.
Metode Ceramah.
2.
Metode Demontrasi.
3.
Metode Diskusi.
4.
Metode Tanya-Jawab.
5.
Metode Driil atau Latihan Siap.
6.
Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Balajar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang
desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah
proses yang sitematis. Langkah-langkah
pembelajarn Dick & Carey adalah sebagai berikut
a.
Mengidentifikasikan
tujuan umum pembelajaran.
b.
Melaksanakan analisis pembelajaran
c. Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan
tujuan performansi
e. Mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan
f.
Mengembangkan strategi
pembelajaran
g. Mengembangkan
dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
i.
Merevisi bahan
pembelajaran
j.
Mendesain dan
melaksanakan evaluasi sumatif
Sementara Davis mengartikan
pembelajaran adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar. Menurut
Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas,
tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta
umur murid. Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk
disampaikan kepada murid dengan beberapa metode, yaitu :
1.
Metode Ceramah.
2. Metode Demontrasi.
3. Metode Diskusi.
4. Metode Tanya-Jawab.
5. Metode Driil atau Latihan Siap.
6.
Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Balajar.
naaahhhhh,,,ini temen-temen,,,sekilas tentang pembelajaran model Dick n Carey dan pembelajaran modelnya Davis semoga bermanfaat nggeeeeehhhhh,,,, :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar